Go International: Kenapa dan Bagaimana?

Published on August 4, 2025

Sebuah penjabaran untuk remaja muslim

Hai, saya Akhyar. Saya adalah warga negara Indonesia yang sudah kuliah (S1), kerja, dan berkeluarga di Qatar sejak tahun 2016. Tulisan ini merupakan transkrip, di-edit sedikit dari kuliah singkat saya di pesantren Asy-Syifa di Subang pada bulan Maret lalu bertema “Go International: Kenapa dan Bagaimana?” untuk adik-adik SMA dan SMP, khususnya yang Muslim. Tujuannya untuk memotivasi remaja agar menargetkan dan mencari kesempatan belajar / bekerja di luar negeri.

Kenapa kita mesti “go international”?

1. Belajar dari Sumber Ilmu

Ini penting banget. Saya bisa bilang ini alasan nomor satu malah. Kita mungkin biasa dengar Sanad bacaan Qur’an, Sanad tata cara Shalat, Sanad hadits. Tapi sebenarnya, sanad dalam ilmu itu berlaku buat segala jenis pengetahuan. Misal, kamu mau jadi ahli fisika. Beda banget ketika kamu belajar dari orang yang “cuma” ahli dalam suatu rumus fisika — dibanding sama orang yang MENEMUKAN rumus fisika tersebut. Kalau kamu belajar di sekolah, bisa jadi jago banget ngerjain soal. Bisa. Tapi bisa nggak jadi penemu fisika? Kemungkinan enggak.

Saya kasih contoh soal sanad ini di dunia nyata. Ada yang nggak kenal Albert Einstein? Penemu teori relativitas, kecepatan cahaya, dasar fisika modern dan prinsip yang memungkinkan ditemukannya tenaga nuklir. Einstein belajar darimana? Emang dia “sekolah” doang gitu, terus tiba-tiba nemu teori relativitas? Tentu tidak. Einstein itu di-mentor sama Max Planck, bisa dibilang bapak fisika kuantum. Max Planck dia sendiri pemenang hadiah Nobel fisika. Einstein juga satu lingkaran pertemanan/mentor dengan Niels Bohr, pemenang hadiah Nobel fisika lain, dan Oppenheimer, dan penemu bom atom. Murid dari muridnya Oppenheimer, Yang Chen-Ning, juga pemenang nobel fisika. Jadi bahkan dalam sains, berada dalam lingkaran yang sama-sama memproduksi dan mendorong pengetahuan baru sangatlah berpengaruh pada kapasitas seseorang.

Dengan kita belajar ke luar negeri, bisa jadi kita bisa lebih dekat dengan sumber ilmu — orang-orang yang mendorong batas-batas ilmu pengetahuan. Baik itu ilmu agama, ilmu sains, ilmu sejarah, ilmu psikologi, ilmu medis, dan seterusnya. Karena mesti diakui di Indonesia, sedikit tempat yang mengembangkan atau menemukan sesuatu yang benar-benar baru.

2. Belajar dari Pengalaman

Selain mendekat pada sumber ilmu, hijrah dan bekerja di luar negeri juga bisa jadi jalan untuk mendapat pengalaman yang tidak tersedia di Indonesia.

Contoh pertama, beberapa waktu lalu, saya membaca soal Ahmad Al-Shara, presiden Suriah. Ia adalah orang yang membebaskan Suriah dari dinasti diktator kejam Bashar Al-Assad setelah Al-Assad berkuasa selama lebih dari 30 tahun. Ahmad ini menceritakan bagaimana sejak kecilnya ia sudah melihat masalah dengan rezim diktator Suriah yang dzalim, dan ia tahu ia tidak memiliki pengalaman menghadapinya. Lalu apa yang dia lakukan? Dia pergi ke Iraq untuk menghadang pasukan US, dalam proses itu ia mendapatkan pengalaman militer dan kepemimpinan yang mengizinkannya untuk merebut kembali Suriah.

Contoh lain, Salahuddin Al-Ayyubi itu orang Kurdi — dia aslinya orang Iraq. Tapi dia punya mimpi untuk membebaskan Al-Quds. Untuk memenuhi mimpi itu, dia pimpin ekspedisi militer Fatimiyyah, kesultanan Syi’ah. Kemudian ia membangun kekuatan di Mesir. Baru setelah itu dia dapat merebut Al-Quds.

Hikmahnya apa? Bukan kita mesti ke Iraq atau perang ya. Tapi bahwa kita perlu mencari eksposur dan pengalaman untuk membangun negeri yang mungkin belum tersedia di negeri kita sendiri.

Bagaimana cara kita “go international”?

1. S1 di Luar Negeri

Pertama -> do well in school, tapi lebih penting kalau kamu ultra-prestratif di bidang tertentu. Karena itu akan membuat kamu berinteraksi dengan lebih banyak talent dan ahli di bidang tersebut.

Kuasai bahasa asing. Inggris atau Arab. Arab kalau mau kuliah syariah / quran / hadits ke negara-negara Arab. Sisanya, Inggris wajib bisa dan wajib biasa. Cari / bentuk tempat dimana kamu bisa sering menggunakan bahasa Inggris.

Gimana caranya berprogres? Paling gampang — dengan gagal. Coba kamu cari TOEFL try out online, kerjain. Liat skornya berapa. Mungkin 300–400. Gapapa. Coba ikut les, atau ikut kursus online.

Nah requirementnya apa aja? Kebanyakan tempat akan butuh tes bahasa Inggris, tes skolastik akademik, dan tes kemampuan subjek. Umumnya tiga jenis ini. Tes akademik itu kayak TOEFL, IELTS. Tes skolastik itu ada SAT, ACT kalau S1 yang kiblatnya Amerika. Ini ada kemampuan subjeknya juga. Tes kemampuan subjek yang internasional itu ada juga A Level, IB. Biasanya diajarin di sekolah internasional.

Beasiswa: Dulu pada zaman saya, Harvard dan MIT itu gratis kalau pendapatan orang tua kamu dibawah 900jt per tahun. Ini bukan persyaratan susah karena kita orang Indonesia :D. Nah beasiswa ini adalah sesuatu yang terus bergerak dan berubah, jadi ada baiknya kamu bergabung sama komunitas pelajar yang sama-sama mencari beasiswa untuk dapet info terbaru. Bisa jadi juga kamu akan dapat informasi juga soal cara daftar kampus-kampus spesifik tujuanmu.

2. Student Exchange / S2 di luar negeri.

Kalau kamu ngga menargetkan untuk S1 di luar negeri / sudah terlambat untuk mengejar itu, kamu bisa coba targetkan masuk ke universitas yang reputasinya bagus di Indonesia, seperti ITB, UI, IPB, Binus, dan seterusnya. Biasanya kampus-kampus ini banyak program internasional, termasuk exchange, yang bisa memperbesar kemungkinan kamu berangkat semasa S1.

Kalau di univ yang bukan top gimana? Mungkin ini lebih jarang atau akan keluar biaya lebih. Tapi coba cari infonya, banyak universitas sekarang menawarkan program semacam ini.

Kalau kamu belum dapat kesempatan exchange, coba tingkatkan prestasi akademikmu, biasanya bisa membantu gerbang beasiswa di jenjang S2 nanti.

3. Bekerja ke luar negeri

Kalau kamu di bidang yang banyak memungkinkan remote work, seperti pengembangan software, website, atau media seperti desain, video, itu kamu bisa banget go international secara jarak jauh dari Indonesia. Ini menurut definisi saya sudah go international.

Kalau ngga tertarik di industri-industri tersebut, silakan berkarir di industri tradisional. Manufaktur, engineering, kesehatan, pendidikan. Kalau kamu maksimal alias jadi jago abis dalam bidangnya, pasti perusahaan luar tertarik buat hire. Banyak senior di Qatar masuk lewat jalur ini. Baik di oil and gas dan industri sekitarnya, data, elektronik, dan sebagainya. Enaknya jalur ini terbuka terus. Mau usia 20, 30, 40 juga bisa. Masalah kesiapan diri dan keluarganya aja.

Penutup

Untuk kita berkembang sebagai suatu bangsa, kita mesti banyak belajar. Dan kita akan baru benar belajar ketika kita dekat dengan sumber ilmu yang berkesinambungan. Perbanyak garis kesinambungan itu, maka kita akan bisa mengembangkan peradaban kita sendiri. Dan jangan menyerah sebelum memulai, ambil inisiatif dan rencanakan, coba tes-tes dan berbagai resource, sumber daya, kursus, seminar, yang available online. Dan jangan lupa, do what you do well. Artinya kamu sebagai siswa, nikmati dan jadilah siswa yang bagus performanya, kalau bisa spektakuler di bidang-bidang tertentu lebih baik. Selamat berjuang.